Lulus karena dendam???

5 Sept 2005 jam 16.05 gue dinyatakan lulus sidang. Akhirnya gue lulus juga. Hmmm sisa nunggu wisuda aja di bulan Desember.

Mengurus pendaftaran sidang dan mempersiapkan diri menghadapi sidang merupakan masa2 yang cukup berat buat gue, karena keteledoran gue sampai bikin pontang-panting. Tapi untungnya gue punya teman2 yang baik, yang ngasi perhatian dan dukungan, malah ada yang tidak disangka-sangka.
Belum lagi bantuan my super hero “Babe Yang Di Atas” yang selalu gue ganggu dengan doa dan ‘teriakan’ minta tolong. Duuh kalo bukan Dia, apa jadinya gue ya.

Di sela-sela ngurusin sidang, gue dapat masalah di pekerjaan kantor. Saat CFO melakukan audit, entah gimana data keuangan gue ditemukan di komputer kantor cabang Makassar. CFO ini ngelapor ke bos gue, dan tentunya bos gue langsung memborbardir gue dengan serentetan pertanyaan lewat sms maupun telpon, padahal itu dah malam hari. Gue bingung, data apa ya? Gue udah berusaha mengingat data2 yang pernah gue kasi ke orang… dan rasanya ga ada. Waduh… dah ga bisa tidur nyenyak lagi. Gue Cuma bisa ngomong ke bos gue, kalo besok pagi akan langsung gue telusuri.

Ternyata setelah ditelusuri ternyata memang data gue di thn 2003, dan akhirnya gue bikin aja kronologisnya. Untungnya bos gue ga marah dan bisa maklum, malah mau tanda tangan menyetujui kronologis yang gue buat, setelah itu gue kirim ke CFO. Thanks God. Emang di kantor gue lagi audit komputer, file2/ data2 yang tidak ada hubungannya dengan kerjaan akan ditanyain… duuuh serem.

Mmmmm balik ke soal lulus lagi….
Gue merenung, setelah lulus ini gimana perasaan gue. Sebenarnya sih biasa aja, tapi kalo mau jujur, gue ngelanjutin kuliah S1 karena latar belakang dendam. Gue beberapa kali mengalami hambatan di karier gara2 status pendidikan. Pendidikan D3 selalu dijadikan alasan untuk menghambat pekerjaan gue.

Dulu (taon 1999) gue jadi sekretaris kepala cabang merangkap sekretaris deputy vice presedin (dvp). Lembur, pulang malam udah kebiasaan sehari-hari, tapi gue ga komplain. Nah bos gue yang dvp merasa kasian, dan berniat merekrut 1 sekretaris lagi. Nah sekretaris baru yang direkrut pendidikannya lebih tinggi dari gue, dipilih menjadi sekretaris dvp dan tentu saja levelnya lebih tinggi dari gue. Ga adil banget buat gue karena gue lebih senior, hanya gara2 pendidikan, gue ga bisa naik level. Yang lebih menyakitkan adalah gue yang harus mengajari sekretaris baru ini yang kebetulan adalah fresh graduate dan belum pernah bekerja. Gue sih dengan rela hati ngajarin sekretaris baru, toh dia ga bersalah ama gue, yang salah tuh bos gue. Udah diajarin, ga lama sekretaris ini resign. Dan apa yang terjadi, gue merangkap lagi, dan setelah dapat sekretaris baru, gue di ‘depak’ lagi.

Hal serupa dah beberapa kali gue alamin, sekarang juga masih. Mentok jadi kabag doank.
Tapi ini mungkin juga jalan yang harus gue lalui, bikin gue kuat dan semangat lagi. Toh masa depan diatur ama Babe.

So…target gue setelah mendapat ijazah…. mau membalas dendam heeheheee…. ga dink, gue lagi ngelirik pekerjaan lain…. Moga2 tercapai….